Catatan Hanifah
Ketika bahagia, duka, cita, cinta, dan kecewa bersatu menjadi sebuah cerita
Pages
Labels
Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Kemarin sedang ada persiapan acara silaturahmi bersama keluarga. Seluruh rumahku dipenuhi banyak orang dan barang-barang. Hanya dikamar oran...
-
Aku ingin pergi. Meninggalkan bagian sisi buruk hidup yang akhirnya menjadi rutinitas. Meninggalkan puing-puing kenangan yang susa...
-
Mendengar nama Ibu July Oktalia maka yang terbayang adalah sosok seorang wanita sholehah yang cerdas, lembut, dan keibu...
-
Rasanya rindu sekali ingin banyak bercerita di MP. Sulit menyadari bahwa ternyata usiamu begitu singkat. Mungkin lebih pendek dari usiaku, ...
Tekad!
Sudah dua puluh dua tahun. Oh,.. aku malu menyebutnya. Di usiaku
yang tidak lagi sedikit ini aku merasa begitu kosong. Ini bukan sekedar soal
usia, bukan soal kulit yang menua, dan tubuh yang tidak lagi sama, ini tentang
kebermanfaatan hidup.
Tanganku miskin karya.
Otakku Miskin ide. Ciut hatiku melihat teman-teman bahkan adik-adik yang
umurnya jauh lebih muda tetapi sudah mampu menghasilkan banyak karya. Aku
malu.. aku merasa hina.
“Apa karya terbaikmu yang bisa kamu banggakan?” Tanya
seorang yang mungkin usianya lebih muda dariku dalam suatu wawancara perekrutan.
Aku tersentak. Seperkian detik berikutnya nyaliku jatuh pada
level paling rendah.
“Tidak ada”.
Dua puluh dua tahun usia masih jadi manusia yang kosong. Hidupku
masih jauh dari berguna. Lima kali sehari usai shalat memohon agar menjadi manusia
yang bermanfaat tetapi masih tak bersungguh-sungguh melaksanakannya.
Tidak! Tidak! Tidak!
Aku tidak ingin terus begitu. Aku harus berkarya. Bersungguh-sungguh
menjadi manusia berguna.
Ini sebuah tekad. Janji pada hidup
Tuhan.. Kuatkan tekadku.. Tunjukilah jalanku.
Langit Surabaya
Bandung bukan pilihanku. Meski Bandung
juga dijuluki kota mahasiswa dan menjadi kota impian mayoritas teman-temanku,
aku memilih menolak Bandung. Kota fashion
yang indah dan menyenangkan itu bukanlah kota ku.
Tapi disnilah kotaku. Di kota
yang panas dan kering. Hanya orang-orang yang keras yang tahan hidup disini. Kota
ini pernah mencatat tentang perjuangan keras para pahlawan. Kota ini memang
kota perjuangan. Kotanya para pahlawan.
Bentangan
langit biru yg indah dan tak berawan
disini seolah menegaskan bahwa ada harapan dan cita-cita yang tinggi menjulang
dibawah langitnya
Yaitu “Kami”.
KepadaMu Segala akhir
Ada banyak kata tak sanggup terucap.
Ada Cinta yang tak terungkap.
Ada rindu yang mengiris.
Ada saat hati menyimpan begitu banyak cerita,
kala semua rasa ingin meluap, pecah, dan terlepas
agar tak perlu menangung pedih dari air mata yang tak mampu menetes, hati yang mengeras.
Tapi ada Tuhan yang Maha mendengar.
Semua yang tak tersimpan tak ada yang benar-benar tersembunyi.
Dalam semua rasa yang Engkau tahu, kutitipkan rindu dalam angin yang menghimpun. Pada embun yang menghilang.
Di bawah langit yang membentang, Ku tadahkan tangan usai sujudku. Untuk Setiap anugrah cinta yang Engkau titipkan.
Tuhanku, Kupasrahkan kepadaMu segala akhir.
Ada Cinta yang tak terungkap.
Ada rindu yang mengiris.
Ada saat hati menyimpan begitu banyak cerita,
kala semua rasa ingin meluap, pecah, dan terlepas
agar tak perlu menangung pedih dari air mata yang tak mampu menetes, hati yang mengeras.
Tapi ada Tuhan yang Maha mendengar.
Semua yang tak tersimpan tak ada yang benar-benar tersembunyi.
Dalam semua rasa yang Engkau tahu, kutitipkan rindu dalam angin yang menghimpun. Pada embun yang menghilang.
Di bawah langit yang membentang, Ku tadahkan tangan usai sujudku. Untuk Setiap anugrah cinta yang Engkau titipkan.
Tuhanku, Kupasrahkan kepadaMu segala akhir.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Salam Kenal
- Hanifah Fitri
- Seseorang yang diajarkan bijaksana melalui cerita. Saat ini masih belajar mengkristalkan peristiwa untuk sekedar mengukir prasasti hidup milik sendiri melalui blog ini ^^
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa merubah.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.