Sunday 9 May 2010 | By: Hanifah Fitri

Kegagalan ke-7

Aku terhanyut, nafas ku sejenak terhenti. Ku tarik nafas dalam-dalam mencoba untuk lebih kuat dari berita yang baru saja ku baca. Kaki-kakiku serasa begitu lemah menopang tubuh. Aku terduduk dan merunduk lemah tak kuasa air mataku tumpah, ku tutup mulutku agar tak perlu terdengar isak karena dadaku terasa begitu sesak dan sakit. Aku menangis sendiri dan berharap tak perlu ada yang mendengar.

Ini adalah kegagalan ku yang ke-7, bisa dikatakan inilah kegagalanku yang terasa begitu menusuk dari setiap berita failed yang pernah ku terima. Sama halnya seperti sebelumnya, aku menangis, dan seharusnya aku sudah bosan menangis. Bahkan aku bersumpah pada diriku untuk tidak boleh menangis saat aku gagal. akan tetapi, aku tidak kuasa menguasai diriku dan berusaha mengelak, yah.. karena aku masih seorang perempuan.

Usai mendapatkan kegagalan aku bisa mendapatkan optimisme dari dalam diriku begitu kuat. Setiap gagal aku kembali bangkit dan semakin kuat. Namun, tidak kurasa saat kegagalan kali ketujuh. Aku, hatiku, mentalku, semangatku melemah. Aku di hantui rasa bersalah, ketakutan akan kegagalan berikutnya. Suatu perasaan yang tidak pernah kurasakan dalam kegagalanku sebelumnya.

Aku bertanya-tanya, sedemikiankah nasibku? ketika kegagalan pertama, kedua, banyak orang yang begitu hancur, maka sedemikiankah aku yang terus menerus hancur dengan kegagalan demi kegagalan yang aku terima. Bertubi-tubi. Tanpa pernah bersekat.

Kali ini begitu menyakitkan, Kali ini aku merasa sendirian. Dan disaat sendirian, aku begitu mudah menangis. Ya Allah... jangan lagi.. mohon jangan lagi.. tidak sekali lagi... hamba kalah..  hamba lemah.... hamba menyerah... ya Allah mohon jangan lagi...

Saat seperti ini aku begitu menyesali diriku sendiri, seperti aku menyesali orang-orang yang bunuh diri. Aku tahu.. Aku tidak akan melakukan itu. Karena aku bersumpah pada diriku aku harus membahagiakan orang tuaku.. aku tidak akan menyia-nyiakan harapan orang tuaku. Ayah, ibu.. betapa aku mencintaimu... betapa aku merasa berdosa membuatmu resah... bayangan senyum kebanggaanmu adalah obat yang yang menyembuhkan setiap luka-luka kekecewaanku.

Maka aku tidak punya pilihan selain aku harus kuat dan aku harus mampu..

Ya Allah.. ampuni hamba..  ampuni dosa-dosa hamba.. jangan palingkan wajah-Mu karena kesalahan-kesalahan hamba... kuatkan hamba,,. lapangkan hati ini ya Allah.. Yakinkan  hamba Engkau tak akan menyia-nyiakan hamba-hambaMu... Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penolong.