Sunday 5 September 2010 | By: Hanifah Fitri

Serahkan pada waktu

Masih banyak yang harus aku pelajari, masih banyak tugas yang harus aku kerjakan sendiri, dan masih banyak sesuatu yang harus aku perbaiki terutama dalam diriku sendiri.
Biarlah kita menunggu. Tidak untuk diam. Agar kita pantas dan layak satu sama lain. lalu, sampai kapan kita harus menunggu? cukupkah waktu bagi kita untuk bisa disebut layak satu sama lain?
Mari kita serahkan pada waktu, biarlah ia yang menjawabnya. kapan waktu kita disebut layak, kapan kita bisa saling menatap. Entah itu wajah baru atau wajah lama yang tak terduga, atau bahkan, dialah wajah lama yang pernah kita harapkan. Biarlah kesemua itu menjadi misteri. Karena memang disitulah seninya. Tawakalkan diri untuk setiap tinta yang telah tertulis dalam kitab lauhul ma'fus.
Peran yang aku lakoni selama aku menunggu, untukmu pasangan yang tertulis bersamaan dengan dihembuskannya ruh pada jasadku. Aku berjanji dalam hatiku, Aku akan setia menunggumu, untuk jadi yang pertama bagimu.
Dalam hampir setiap usai sujud shalatku aku berdoa
"ya Allah, jadikanlah hamba anak yang sholeh, isteri yang sholeh, dan ibu dari anak-anak yang sholeh. Perbaikilah iman dan akhlak hamba. Karunikan hamba pasangan hidup yang baik. Jika ia masih belum baik perbaikilah, wahai Rabb yang maha pemurah. Jadikan kami untuk saling memperbaiki agar kami bisa lebih dekat denganMu"
Bekasi, 6 September 2010