“Ayah, kasih nama kamu hanifah, supaya kamu jadi orang yang ‘lurus’.
Lurus hidupnya, lurus agamanya, lurus pemahamannya” Kata-kata ayah menutup
diskusi kami yang berujung pada perdebatan.
Aku terhelak dan merenung.
Ku akui, masa-masa kuliah adalah masa saat rasa ingin tahuku
begitu kuat. Kian banyak buku yang ku baca, kian banyak pula pemikiran yang
mengarahkanku atau mungkin “meracuni” ku.
Aku masih seorang yang tumbuh dan tertatih-tatih mecari tahu
apa itu dunia. Masih anak bau kencur yang sedang mencari jati diri. Aku
menyadari, akan menjadi orang seperti apa aku nantinya, tergantung dari hasil
pembentukan jati diriku saat ini.
Aku merasa berbeda dengan yang dulu. Ada sesuatu yang
hilang. Sesuatu yang tidak bisa aku deskripsikan. Terdengar berlebihan, tapi
hal itulah yang membuatku dalam
keragu-raguan dan bertanya-tanya. Apakah aku berada di jalan yang benar? Jalan yang
lurus? Seperti harapan kedua orang tuaku.
Tentu aku meyakini dengan segenap hidupku bahwa aku telah
mengikhlaskan diri islam menjadi agamaku. Semoga Allah perkenankan itu hingga
akhir hayat ini. Tapi bukan itu yang kini aku pertanyakan. Apakah aku telah
berislam dengan benar? Apakah ada pemikiran yang meracuniku? Atau Allah hendak
menunjukkan kepadaku jalan yang benar itu?
Ku kira, pertanyaan
itu tak hanya ada padaku tapi mungkin juga orang lain.
Ihdinas siratal
Mustaqim.. Tunjukillah kami jalan yang lurus. Demikian potongan ayat dari
surat Al Fatihah. Surat yang harus selalu dibaca dalam tiap rakaat shalat.
Surat yang berisi doa. Doa yang biasa dibaca untuk pembuka dan penutup berbagai
kegiatan. Doa yang semoga mampu menjadi obat keraguan dan penuntun ke jalan
yang benar. Doa yang menguatkan tangan-tangan yang rapuh untuk berpegang pada
tali agama Allah.
“Hanya kepada Engkau
lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan"
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
"(yaitu)jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;bukan (jalan)mereka yang
dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"
(QS. Al Fatihah : 5-7)