Sunday 14 August 2011 | By: Hanifah Fitri

Feeling alone

Merasa sendiri terkadang mengiris. Membuat problema yang kecil terasa berat untuk dipikul. Sendiri itu sepi. Tetapi tidak selalu orang yang berada dalam keramaian tidak merasa sepi. Adakalanya kita memiliki tuntutan untuk beramah tamah dengan orang banyak, dan memiliki teman sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, apakah orang yang memiliki banyak teman adalah orang yang tidak merasa sendiri? tidak merasa sepi?

Tidak! setidaknya itulah yang kurasakan. Dan aku  pun yakin orang lain pun merasa demikian. Paling tidak untuk beberapa waktu.

Banyak orang yang tidak punya banyak teman. Terlihat sendirian, atau hanya berteman dengan orang yang itu-itu saja, Ia seperti orang yang sepi. Akan tetapi, ia punya teman yang bisa Ia percaya. Teman yang berbagi segala sensasi suka dan duka. Ia mungkin tidak merasa sepi, itu cukup baginya.Sementara, pernahkah membayangkan perasaan seseorang yang tampak selalu bahagia, ia punya banyak sekali teman, bahkan ia bisa berteman dengan berbagai macam orang dimanapun ia berada? Orang lain akan menganggapnya orang paling bahagia. Ia mungkin orang yang sering tersenyum, keberadaannya membuat orang lain mengira ia orang yang bahagia atau selalu bahagia. Tetapi di balik sisi-sisi itu, dia mungkin merasa sendiri.

Saat sendiri memamng terasa hampa. Akan tetapi, berlama-lama dalam kesendirian membuatku mulai menikmati kesendirian itu. Rasanya seperti punya suatu rauang yang sulit dibagi dengan yang lain. Pintu-pintu ruangnya adalah kepercayaan. Semakin dewasa semakin banyak usia ini mengajak bertemu dengan berbagai macam tanggung jawab sekaligus mempertontonkan pengkhianatan yang kerap terjadi berulang dari  orang lain atau diri sendiri. Membuat kunci-kunci pintu ruang itu sulit dibagi dan berkarat.Senyum bisa dibagikan pada banyak orang, tapi tidak ruang ini, Ruang yang didalamnya tersimpan, segala rasa.

Saat kecil rasanya begitu mudah membagikan berbagai macam pertanyaan serta ungkapan-ungkapan perasaan. Tapi waktu kemudian mengajarkan agar tidak lagi sebebas itu. Semakin banyak menjaga lidah, semakin banyak tertolong dari jurang kenistaan. Dan waktu tidak memeberi toleransi berupa pemakluman bagi orang-orang yang biasa disebut "orang dewasa"

Dalam jalan yang aku pilih, sendiri nampaknya menjadi makanan sehari-hari. Semakin jauh kaki ini melangkah semakin banyak teman yang pergi. Tetapi diantara kesendirian itu, semoga Allah selalu membimbing setiap langkah menjejaki jalan yang benar. Semoga Allah selalu menguatkan kaki ini meski harus berjalan sendiri. Seorang diri. Meski sepi. Meski sulit.

0 comments:

Post a Comment