Memenuhi separuh agama, ternyata tak semudah yang kuduga.
Dulu, dengan mudahnya membuat target. Kini, waktu membawaku semakin mendekat
kepada satu babak baru dalam hidup. Babak dengan memasukinya seorang wanita
akan menyandang gelar baru, gelar yang InsyaAllah lebih mulia.
Semakin waktu mendekat. Menyaksikan realita sekitar, sulit
rasanya melangkah. Padaahal, tugas wanita melangkah tak seberat tugas seorang
pria. Tetapi untuk sekedar bisa mengatakan “ya”. Lidah kaku dan kelu. Sebab
itu, ku kira ada benarnya mengapa Rasulullah SAW mengatakan, “Diamnya seorang
gadis, berarti ‘ya’”.
Dalam hati, kenapa masih selalu sulit untuk menerima.
Berkali-kali mengalak, padahal, dalam setiap doa usai shalat. Tak henti
meminta, diberikan seorang imam hidup pengganti ayah, yang baik, sholeh, lagi
menentramkan. Meski begitu, tetapi diri masih sulit membuka hati.
Ku kira, memang belum tiba waktuku. Ku kira masih perlu
kutambal sebagian lagi imanku. Bukankah untuk menyempurnakan separuh agama,
berarti harus ada bekal separuh agama lagi ?.
Kapan, dan dengan siapa masih sebuah misteri. Misteri yang didalamnya mengandung ujian. Ujian dalam keistiqomahan.
Kapan, dan dengan siapa masih sebuah misteri. Misteri yang didalamnya mengandung ujian. Ujian dalam keistiqomahan.
Wanita baik-baik, akan mendapatkan laki-laki yang baik pula.
Itu saja. Biar waktu yang membuka hati, Biar Allah yang memudahankan dan
menunjukkan jalan.
Biarlah Yang Maha membolak-balikan hati membimbing takdir kita,