Ketika bahagia, duka, cita, cinta, dan kecewa bersatu menjadi sebuah cerita
Pages
Labels
Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Kemarin sedang ada persiapan acara silaturahmi bersama keluarga. Seluruh rumahku dipenuhi banyak orang dan barang-barang. Hanya dikamar oran...
-
Aku ingin pergi. Meninggalkan bagian sisi buruk hidup yang akhirnya menjadi rutinitas. Meninggalkan puing-puing kenangan yang susa...
-
Mendengar nama Ibu July Oktalia maka yang terbayang adalah sosok seorang wanita sholehah yang cerdas, lembut, dan keibu...
-
Rasanya rindu sekali ingin banyak bercerita di MP. Sulit menyadari bahwa ternyata usiamu begitu singkat. Mungkin lebih pendek dari usiaku, ...
Untuk yang sedang bermimpi, tatkala mimpi kita tak menjadi sebuah nyata, aku tahu rasanya. Aku pernah merasakannya. Mungkin tingkat kecewa kita berbeda, mungkin aku lebih beruntung, atau mungkin sebaliknya. Sebuah keyakinan bahwa semua yang kita dapatkan adalah yang terbaik untuk kita merupakan modal awal.
krisis kepercayaan
Semakin tua.. rasanya semakin sulit percaya dengan orang lain. Entah terlalu perfeksionis atau terlalu menuruh harapan besar pada orang lain.
Kita tidak bisa melakukan segalanya sendiri. Kita hidup di dunia tidak sendiri, akan selalu ada orang yang menjadi imbas dari perbuatan kita. Itu sebabnya kita perlu bekerjasama dengan orang lain. Akan tetapi, kita terbentur pada kenyataan bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain seperti kita memaksa diri kita sendiri untuk berbuat sesuatu. Harapan-harapan dan amanah-amanah yang kita percayakan sering kali terabaikan atau mungkin terlupakan.
kecewa-kecewa itu harusnya tidak ada. karena itu bisa jadi perusak dalam kerja-kerja kita. Tapi rasanya sulit sekali untuk bisa terlepas dari penyakit hati yang satu itu. Karena maaf seringkali tidak cukup untuk mengobatiinya. Efeknya bisa terjadi pada orang lain. Semakin banyak orang yang tidak bisa kita percaya mengakibatkan kita menjadi pribadi yang serba tidak percaya pada orang lain. Bahkan untuk orang-orang yang harusnya bisa kita percayai.
Akupun tak luput dari itu, Tetapi setidaknya aku berusaha untuk menepati janjiku. Meski mungkin saja, kecewa-kecewaku yang sekarang imbas dari kelalaianku saat aku mengecewakan orang lain.
Sejujurnya, jika aku bisa mengerjakan sesuatu sendiri, aku akan melakukannya sendiri. Aku enggan sekali menyuruh orang lain. Lelah memercayai orang lain. Lebih lelah berharap pada orang lain daripada harus mengerjakan banyak hal sendiri. Maka dalam fase ini aku merasa orang yang bisa aku percaya hanyalah diriku sendiri. Rasanya ini jadi sangat menyedihkan.
Sampai akhirnya aku sudah terbiasa dikecewakan. Kini tidak lagi sedih karena kepercayaan itu diabaikan tetapi menyedihkan rasanya mendapati diri menjadi orang yang tidak percayaan. huft...
Kita tidak bisa melakukan segalanya sendiri. Kita hidup di dunia tidak sendiri, akan selalu ada orang yang menjadi imbas dari perbuatan kita. Itu sebabnya kita perlu bekerjasama dengan orang lain. Akan tetapi, kita terbentur pada kenyataan bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain seperti kita memaksa diri kita sendiri untuk berbuat sesuatu. Harapan-harapan dan amanah-amanah yang kita percayakan sering kali terabaikan atau mungkin terlupakan.
kecewa-kecewa itu harusnya tidak ada. karena itu bisa jadi perusak dalam kerja-kerja kita. Tapi rasanya sulit sekali untuk bisa terlepas dari penyakit hati yang satu itu. Karena maaf seringkali tidak cukup untuk mengobatiinya. Efeknya bisa terjadi pada orang lain. Semakin banyak orang yang tidak bisa kita percaya mengakibatkan kita menjadi pribadi yang serba tidak percaya pada orang lain. Bahkan untuk orang-orang yang harusnya bisa kita percayai.
Akupun tak luput dari itu, Tetapi setidaknya aku berusaha untuk menepati janjiku. Meski mungkin saja, kecewa-kecewaku yang sekarang imbas dari kelalaianku saat aku mengecewakan orang lain.
Sejujurnya, jika aku bisa mengerjakan sesuatu sendiri, aku akan melakukannya sendiri. Aku enggan sekali menyuruh orang lain. Lelah memercayai orang lain. Lebih lelah berharap pada orang lain daripada harus mengerjakan banyak hal sendiri. Maka dalam fase ini aku merasa orang yang bisa aku percaya hanyalah diriku sendiri. Rasanya ini jadi sangat menyedihkan.
Sampai akhirnya aku sudah terbiasa dikecewakan. Kini tidak lagi sedih karena kepercayaan itu diabaikan tetapi menyedihkan rasanya mendapati diri menjadi orang yang tidak percayaan. huft...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Salam Kenal
- Hanifah Fitri
- Seseorang yang diajarkan bijaksana melalui cerita. Saat ini masih belajar mengkristalkan peristiwa untuk sekedar mengukir prasasti hidup milik sendiri melalui blog ini ^^
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa merubah.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.