Ketika bahagia, duka, cita, cinta, dan kecewa bersatu menjadi sebuah cerita
Pages
Labels
Powered by Blogger.
Popular Posts
-
Kemarin sedang ada persiapan acara silaturahmi bersama keluarga. Seluruh rumahku dipenuhi banyak orang dan barang-barang. Hanya dikamar oran...
-
Aku ingin pergi. Meninggalkan bagian sisi buruk hidup yang akhirnya menjadi rutinitas. Meninggalkan puing-puing kenangan yang susa...
-
Mendengar nama Ibu July Oktalia maka yang terbayang adalah sosok seorang wanita sholehah yang cerdas, lembut, dan keibu...
-
Rasanya rindu sekali ingin banyak bercerita di MP. Sulit menyadari bahwa ternyata usiamu begitu singkat. Mungkin lebih pendek dari usiaku, ...
Mengenang kembali
Hari ini aku mengenang kembali
Kerikil-kerikil tajam yang memperkaya arti hidupku
Manisnya madu cerita hidup yang membuat senyumku lepas...
Lalu akhirnya aku belajar, Menerima dengan seluas hatiku
Membuatku lebih bahagia, lebih menghargai hidup Melihat hidup sesuai dengan usiaku
Hanya cita-cita sederhana
Aku bukanlah orang yang hebat karena aku hanya memiliki cita-cita sederhana..
Tak hebat dan tak menjulang tinggi seperti bintang yang tergantung dilangit... seperti layaknya aku bernyanyi saat aku masih kanak-kanak...
Aku hanya punya cita-cita sederhana yang tak sesederhana menerapkannya dalam hidup.
begitu ringkas dan mengalir..
Tak besar seperti seorang ingin merubah dunia, tak seluarbiasa seperti cita-cita mejelajahi separuh dunia..
Aku tak berhasrat memiliki rumah besar bak istana tidak juga mobil dan perhiasan mewah.. dan semoga akan tetap begitu...
hanya rumah sederhana penuh cinta yang membuatnya luas oleh rasa syukur orang-orang yang tinggal didalamnya... Mendidik anak-anak yang sholeh, merajut harapan-harapan yang hanya surga imbalannya..
Aku ingin, tak lagi melihat anak kecil berpakaian lusuh, berpanas terik untuk sesuap nasi. Aku ingin melihat anak-anak bermain ceria di taman-taman, asik membaca dan bertanya.. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama anak-anak sampai aku mati..
Aku ingin membangun sekolah sehingga tak ada lagi generasi bangsa yang buta. Tempat sederhana dimana anak-anak bisa bermain dan tertawa ceria. Aku hanya ingin rumah sederhana, cinta sederhana, tapi begitu bermakna.
Aku ingin hidup bersama cerahnya harapan anak bangsa, kepolosan saat mereka bicara, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah ada habisnya. Ciuman tangan dari anak-anak yang membuat tangan ini berkah untuk kemudian membuat sang anak kembali datang dan menyapa "Bu, saya sudah menjelajahi separuh dunia, Saya bekerja demi agama".
Hanya cita-cita sederhana. Menyentuh kehidupan bersama anak-anak bangsa.
Cita-cita sederhana yang tidak sesederhana menerapkannya, tidak semulia saat niat-niat buruk menghampirinya.
Semoga tangan ini tidak letih berdoa, "ya Rabb, jadikan hamba orang yang bermanfaat". Semoga raga ini bisa kembali perkasa saat rasa kecewa itu ada, saat rasa malas mengekang semangat.
Dan semoga, tulisan ini tidak hanya menjadi cerita yang kemudian terlupa. Semoga Allah mengizinkan memperkenankannya. Sebuah cita-cita sederhana yang membuat aku mengantar ayah bunda ke surga.
Amin..
Jakarta, 2 Desember 2010
Asrama Kebidanan RS. Cipto Mangunkusumo
Tak hebat dan tak menjulang tinggi seperti bintang yang tergantung dilangit... seperti layaknya aku bernyanyi saat aku masih kanak-kanak...
Aku hanya punya cita-cita sederhana yang tak sesederhana menerapkannya dalam hidup.
begitu ringkas dan mengalir..
Tak besar seperti seorang ingin merubah dunia, tak seluarbiasa seperti cita-cita mejelajahi separuh dunia..
Aku tak berhasrat memiliki rumah besar bak istana tidak juga mobil dan perhiasan mewah.. dan semoga akan tetap begitu...
hanya rumah sederhana penuh cinta yang membuatnya luas oleh rasa syukur orang-orang yang tinggal didalamnya... Mendidik anak-anak yang sholeh, merajut harapan-harapan yang hanya surga imbalannya..
Aku ingin, tak lagi melihat anak kecil berpakaian lusuh, berpanas terik untuk sesuap nasi. Aku ingin melihat anak-anak bermain ceria di taman-taman, asik membaca dan bertanya.. Aku ingin menghabiskan waktuku bersama anak-anak sampai aku mati..
Aku ingin membangun sekolah sehingga tak ada lagi generasi bangsa yang buta. Tempat sederhana dimana anak-anak bisa bermain dan tertawa ceria. Aku hanya ingin rumah sederhana, cinta sederhana, tapi begitu bermakna.
Aku ingin hidup bersama cerahnya harapan anak bangsa, kepolosan saat mereka bicara, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tak akan pernah ada habisnya. Ciuman tangan dari anak-anak yang membuat tangan ini berkah untuk kemudian membuat sang anak kembali datang dan menyapa "Bu, saya sudah menjelajahi separuh dunia, Saya bekerja demi agama".
Hanya cita-cita sederhana. Menyentuh kehidupan bersama anak-anak bangsa.
Cita-cita sederhana yang tidak sesederhana menerapkannya, tidak semulia saat niat-niat buruk menghampirinya.
Semoga tangan ini tidak letih berdoa, "ya Rabb, jadikan hamba orang yang bermanfaat". Semoga raga ini bisa kembali perkasa saat rasa kecewa itu ada, saat rasa malas mengekang semangat.
Dan semoga, tulisan ini tidak hanya menjadi cerita yang kemudian terlupa. Semoga Allah mengizinkan memperkenankannya. Sebuah cita-cita sederhana yang membuat aku mengantar ayah bunda ke surga.
Amin..
Jakarta, 2 Desember 2010
Asrama Kebidanan RS. Cipto Mangunkusumo
Subscribe to:
Posts (Atom)
Salam Kenal
- Hanifah Fitri
- Seseorang yang diajarkan bijaksana melalui cerita. Saat ini masih belajar mengkristalkan peristiwa untuk sekedar mengukir prasasti hidup milik sendiri melalui blog ini ^^
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa merubah.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
Menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.
menulislah! Karena dunia ini akan jauh lebih baik jika semua orang pintar menulis —bukan pintar bicara.